Alkisah tersebutlah seorang bernama Ginda yang sedang dalam perjalanan dari Sukabumi ke Yogyakarta dengan bis malam.
Saat bis sedang ngetem di terminal sebelum berangkat, seorang kakek tua naik dan menawarkan buku-buku bacaan pada penumpang.
Kakek: “Bukunya dek? Ada macam-macam nih: buku silat, roman, Enny Errow, dan lain-lain."
Ginda yang sedang tidak bisa tidur pun tertarik: “Ada buku horor nggak, kek?”
Kakek: “Oh, suka cerita horor ya? Kebetulan sisa satu. Pas lagi ceritanya, tentang bis yg ditempati banyak arwah penasaran. Judulnya: ‘PENUNGGU BIS BERDARAH'... Serem banget pokoknya.”
Ginda: “Boleh juga tuh! Berapa harganya, kek?”
Kakek: "100.000, dek.”
Ginda: "Buset! mahal amat, kek?”
Kakek (bergaya promosi ala salesman): "Ya namanya juga buku Best Seller. Semua yang baca buku ini kabarnya syok berat loh pas baca endingnya."
Ginda pun mengalah dan membeli buku tersebut. Entah kenapa, pada saat dia menyerahkan uangnya ke si kakek, tiba-tiba petir menggelegar dan angin pun bertiup kencang!
Tak lama si kakek turun dari bis, namun sejenak dia berhenti dan menolehkan wajahnya pelan-pelan ke arah Ginda.
Kakek (sambil berkata lirih): “Dek... Apa pun yang terjadi, harap jangan buka halaman terakhir.. Ingat, apapun yg terjadi! Kalau tidak, nanti adek akan menyesal dan saya tidak mau bertanggung jawab.”
Jantung Ginda berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tidak mampu menganggukkan kepala hingga si kakek turun dari bis dan menghilang ditelan kegelapan.
Di dalam perjalanan, malam telah begitu larut menjelang dini hari. Ginda telah selesai membaca seluruh buku tersebut... kecuali halaman terakhir.
Dan memang benar seperti yang dikatakan oleh si kakek, buku itu benar-benar menegangkan dan luar biasa menyeramkan!
Bis melaju kencang. Di luar hujan turun deras. Kilat menyambar bergantian dan terdengar suara guruh menggelegar.
Ginda melihat sekeliling dan ternyata semua penumpang telah terlelap. Bulu kuduknya merinding...
“Baca halaman terakhirnya jangan ya?” pikir Ginda bimbang. Antara penasaran dan rasa takut berbaur menjadi satu. Di luar malam tampak semakin gelap. “Ah sudahlah, sekalian aja. Nanggung!”
Dengan tangan bergetar hebat dia pun membuka halaman terakhir buku tersebut secara perlahan. Dan akhirnya tampak lembaran kosong dengan sepotong tulisan di bagian pojok kanan atas.
Sambil menelan ludah, Ginda membaca huruf demi huruf:
"PENUNGGU BIS BERDARAH.
Terbitan CV. Pustaka Karya
Harga Pas: Rp. 5.500"